Sabtu, 19 April 2008

Pemeritah RI Lebih Baik Terbitkan Obligasi Komoditas

Pemerintah RI Lebih Baik Terbitkan Obligasi Komoditas
(usulan kepada pemerintah RI daripada menggunakan hutang kepada bank dunia)
oleh : zulfikar

Pemerintah RI Lebih baik menerbitkan obligasi komoditas yang berbasis kepada harga minyak mentah , CPO, dan kacang kedelai. kebijakan ini setelah adanya berita mengenai adaya pemerintah RI untuk menggunakan hutang kepada lembaga bank dunia untuk menutup devisit APBN akibat kenaikan harga minyak dunia akhir-akhir ini. Bank-bank internasional sangat menginginkan tindakan yang diambil pemerintah, Jika dana pinjaman dipakai untuk membiayai belanja domestik, maka dipastikan akan mendorong kenaikan nilai kurs mata uang secara berlebihan, yang menghambat pemasok dan eksportir domestik.

Kondisi Ekonomi makro
Kondisi ekonomi makro indonesia masih cukup menarik dan adanya perbaikan ekonomi, meskipun masih terdapat kekurangan namun ekonomi indonesia cukup stabil dan dikategorikan sebagai negara emerging market bahkan bisa diprediksi indonesia akan berjaya apabila sektor pertanian akan dihidupkan kembali, karena adanya trend para fund manager berinvestasi kepada negara-negara emerging market, dan berbasis kepada agriculture







Bond berdasarkan indeks komoditas

Bond ini berbasis mengikuti harga komoditas tertentu yakni minyak mentah, CPO dan kacang kedelai. Bentuk Bond ini benar-benar terproteksi, artinya ketika jatuh tempo pokok para investor tidak akan berkurang, dan jika salah satu harga turun maka akan ditopang dengan harga komoditas yang lain sehingga tidak benar-benar Bond komoditas tersebut jatuh, bond yang berbasis indeks ini bersifat jangka panjang sampai 3-5 tahun













Mengapa memilih Komoditas Minyak Mentah


Harga minyak mentah akhir-akhir ini sudah semakin menggila, banyak faktor yang mengakibatkan emas hitam menjadi naik dipasar internasional seperti yang telah saya bahas sebelumnya, Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak mentah harus memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak mentah di pasaran dunia, ICP yang pada Januari hanya sebesar USD92,09 per barel terus naik hingga mencapai USD103,1 per barel.







Kebutuhan Akan CPO




Dalam melihat peluang pasar CPO Indonesia, maka terlebih dahulu perlu diestimasi peluang pasar (peningkatan konsumsi) di pasar dunia. Berdasarkan hasil estimasi sebelumnya, tingkat konsumsi sampai dengan tahun 2025 diperkirakan akan berkisar antara 41.45 – 44.45 juta ton
Peningkatan konsumsi yang signifikan terutama akan terjadi pada negara yang sedang berkembang seperti di Cina, Pakistan, India, Mesir, dan juga Indonesia. Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan konsumsi dengan laju sekitar 4%-6% per tahun. Konsumsi CPO di Cina dan Pakistan diproyeksikan juga akan tumbuh dengan laju sekitar 4-6% per tahun (Susila 2001). Perdagangan (ekspor-impor) CPO dunia diproyeksikan akan meningkat dengan laju berkisar antara 2%-6% pada periode 2005-2025 . Sampai dengan tahun 2010, perdagangan diperkirakan akan meningkat antara 4% - 6% per tajun. Pada periode 2010-2018, perdagangan mash terus meningkat namun dengan laju lebih rendah yaitu antara 2%-4%. Setelah tahun 2017, perdagangan akan stabil dengan laju peningkatan yang bersifat alami yaitu sekitar 2% per tahun. Dengan perkembangan tersebut, perdagangan CPO dunia pada tahun 2010 diperkirakan akan mencapai sekitar 23.46 juta ton Pada tahun 2017, perdagangan CPO dunia sudah di atas 30 juta ton dan pada tahun 2025 diproyeksikan akan mencapai 34.75 juta ton.

Kebutuhan Kacang Kedelai


Kacang kedelai akhir-akhir ini menjadi idola karena adanya trend penggunaan kacang kedelai untuk bioetahnol, disamping itu juga masyarakat yang padat penduduk seperti Indonesia dan China yang mengkonsumsi kacang kedelai tersebut yang mengakibatkan permintaan pasar kacang kedelai menjadi naik, disamping itu AS mengurangi 15 persen lahan kedelainya untuk dikonversi menjadi lahan jagung. Konversi tersebut untuk memenuhi kebutuhan bioenergi. Ini yang menyebabkan suplai ke pasar internasional menjadi berkurang dan harga menjadi naik. China juga memproteksi kedelainya. Mereka menerapkan 30 persen bea ekspor. Ini juga yang menyebakan naik.







Penggunaan Mata Uang (currency)

Untuk obligasi ini pemerintah menerapkan multiple currency yang berbasis pada IDR dan USD, AUD, Euro, Yen. jika investor menginginkan basenya Rp, maka apabila terjadi pelemahan mata uang Rp, maka harga obligasi tersebut akan terkonvert kepada mata uang Rp, artinya adalah mata uang mana yang akan melemah dimasa yang akan datang yang akan digunakan sebagai base currencynya. Hal ini dilakukan karena mata uang USD dan Rp. sama-sama melemah dipasaran internasional, tindakan ini dilakukan untuk menjaga currency Rp , dan uang investor



Kesimpulan :

  1. Penggunaan Obligasi yang berbasis komoditas lebih baik daripada menggunakan hutang luar negeri terutama kepada Bank Dunia, dan lembaga keuangan lainnya yang memiliki kepentingan tersendiri
  2. Obligasi ini bersifat protektif dan berjangka panjang dan pemerintah berhak menggunakan currency selain dollar, seperti AUD, Euro, Yen dan harus dipasangkan dengan currency Rp. yang berbentuk deposito dan terkonver ke mata uang yang melemah di pasar internsional
  3. Jika harga rata-rata komoditas baik minyak mentah, CPO, dan Soybean maka investor mengalami penurunan dibawah 100 %, dari harga awal mendapatkan yield o %, jika melebihi 100 %, maka investor akan mendapatkan keuntungan sesuai dengan yield yang ditetapkan
  4. Pmerintah harus menerapkan kepada bank lokal untuk transaksi keuangan dan investasi obligasi ini.